Minggu, 28 Desember 2014

MBOJO (KOTA BIMA & KABUPATEN BIMA)





Kantor Walikota Bima

                        
Bima adalah sebuah kota dan kabupaten otonom yang terletak di Pulau Sumbawa bagian timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Kabupaten Bima berdiri pada tanggal 5 Juli 1640 M, ketika Sultan Abdul Kahir dinobatkan sebagai Sultan Bima I yang menjalankan Pemerintahan berdasarkan Syariat Islam. Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Bima yang diperingati setiap tahun. sedangkan Kota Bima yang berdiri pada tanggal 10 april 2002 merupakan adik kandung dari kabupaten Bima.



Kesultanan (Mbojo) Bima

Pada tanggal 5 Juli 1640 M, ketika Sultan Abdul Kahir dinobatkan sebagai Sultan Bima I yang menjalankan Pemerintahan berdasarkan Syariat Islam. Sebelum islam masuk ke bima masyarakat menganut agama makamba makimbi atau animisme serta Hindu/syiwa ukti-bukti sejarah kepurbakalaan yang ditemukan di Kabupaten Bima seperti Wadu Pa’a, Wadu Nocu, Wadu Tunti (batu bertulis) di dusun Padende Kecamatan Donggo menunjukkan bahwa daerah ini sudah lama dihuni manusia. Dalam sejarah kebudayaan penduduk Indonesia terbagi atas bangsa Melayu Purba dan bangsa Melayu baru. Demikian pula halnya dengan penduduk yang mendiami Daerah Kabupaten Bima, mereka yang menyebut dirinya Dou Mbojo, Dou Donggo yang mendiami kawasan pesisir pantai. Disamping penduduk asli, juga terdapat penduduk pendatang yang berasal dari Sulawesi Selatan, Jawa, Madura, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

Kerajaan Bima dahulu terpecah –pecah dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing dipimpin oleh Ncuhi. Ada lima Ncuhi yang menguasai lima wilayah yaitu :
1.   Ncuhi Dara, memegang kekuasaan wilayah Bima Tengah
2.   Ncuhi Parewa, memegang kekuasaan wilayah Bima Selatan
3.   Ncuhi Padolo, memegang kekuasaan wilayah Bima Barat
4.   Ncuhi Banggapupa, memegang kekuasaan wilayah Bima Utara
5.   Ncuhi Dorowani, memegang kekuasaan wilayah Bima Timur. 


Menggambarkan keindahan Panorama, kuliner, budaya, serta keseharian Masyarakat Bima (Mbozo) dalam bingkai Foto :

Lambang kesultanan Mbojo



Mahakota Sultan Bima



Sampa Raja (Keris pusaka kesultanan Bima)



Amo wacarima


 Pakaian Adat



Upacara Hanta Ua Pua
Upacara Adat Hanta Ua Pua dilaksanakan pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin, Sultan Bima kedua (1640-1682 M). Sejak saat itu, Upacara Adat Hanta Ua Pua ditetapkan sebagai salah satu perayaan rutin kesultanan Bima yang dikenal dengan Rawi Na’e Ma Tolu Kali Samba’a (Upacara Besar yang Dilaksanakan dalam Tiga Kali Setahun). Perayaan tersebut yaitu Ndiha Aru Raja Na’e (Perajaan Idul Adha), Ndiha Aru Raja To’i (Perayaan Idul Fitri), dan Ndiha Ua Pua (Perayaan Hanta Ua Pua).


Masjid Sultan Salahuddin
Masjid ini dikenal sebagai Masjid Kesultanan Bima. Berdasarkan catatan yang ada di masjd tersebut, masjid ini dibangun pada tahun 1770 Masehi oleh Sultan Abdul Kadim Zillullah Fil. Alam, Sultan Bima ke-8


Taji tuta (Tarian adu kepala)




 Rimpu (pakaian menutup aurat masyarakat Bima)



Uma Jompa (tempat Menyimpan padi)


Biola katipu


Kareku Kandei


Muna Tembe Nggoli (Tenun)



Pacoa Jara (Pacuan Kuda)
Pacoa Jara di Mbojo (Bima) dan Dompu telah berlangsung secara turun temurun. Meski pacuan kuda kini semakin modern baik dari segi perlombaan maupun keselamatan joki, namun Pacoa Jara tetap bertahan dengan segala budayanya. Tradisi leluhur yang tidak luntur.




Pulau Ular Wera
legenda terjadinya pulau ular ini yaitu adanya sebuah kapal yang bermuatan banyak manusia tenggelam dan akhirnya dikutuk kapalnya menjadi gunung kecil dan manusianya menjadi ular..(menurut cerita tetua jaman dahulu kala).



Nisa Satonda (pulau satonda)


Doro / Gunung Tambora
Gunung tambora meletus pada bualan april 1815. letusan gunung ini adalah letusan terbesar di dunia pada era modern dan 4 kali lebih kuat dari letusan gunung krakatau




jame


Saronco Wua Parongge




Tidak ada komentar:

Posting Komentar